1. Propeller Shaft
Biasanya
propeller shaft dibuat dari tabung pipa baja yang memiliki ketahanan terhadap
gaya puntiran atau bengkok. Bandul pengimbang atau balance weight dipasang pada
bagian luar pipa dengan tujuan untuk keseimbangan pada waktu berputar. Dengan
keseimbangan ini diharapkan poros propeller dapat berputar tanpa menghasilkan
getaran yang besar atau dengan kata lain dengan lembut. Pada umumnya propeller
shaft terdiri dari satu pipa yang mempunyai dua penghubung yang terpasang pada
kedua ujung berbentuk universal joint.
Fungsi Poros Propeller
Poros propeller memiliki 2 (dua) fungsi utama:
Untuk memindahkan putaran
dengan lembut dari transmisi ke differential.
Untuk meneruskan dan
menyalurkan tenaga ke differential pada saat bergerak naik dan turun
dengan lembut, sehingga memberikan kenyamanan dalam berkendara.
2. Differensial
3. KERJA SISTEM POROS PENGGERAK RODA
A. Konstruksi dan kerja sistem poros penggerak roda
Putaran mesin dari fly wheel roda penerus diteruskan ke transmisi melalui
kopling. Agar putaran dari mesin sampai ke roda diperlukan berbagai alat, yaitu
poros propeller, differential, dan poros roda (axle shaft). Poros penggerak
roda termasuk komponen dari power train system (sistem pemindah tenga).
Agar komponen-komponen di bawah tetap dapat bekerja baik, minimal 10.000 km
sekali harus dilakukan pengecekan, penyervisan, pmeriksaan, dan perbaikan. Hal
tersebut untuk menjamin agar komponen-komponen/spare part tetap awet dan jauh
dari keausan.
1. Poros Propeller (propeller shaft)
Poros propeller sering dinamakan dengan as kopel. Fungsinya untuk meneruskan
putaran mesin dari transmisi ke differential (gardan). Ada bermacam-macam
bentuk konstruksi dari propeller.
Pada kendaraan tipe front engine rear drive, mesin,kopling, dan transmisi
terletak dibagian depan. Sedangka rear axle dan rear wheel yang dibantu oleh
suspension terletak di bagian belakang. Untuk memindahkan tenaga mesin ini ke
sistem penggerak roda belakang, maka digunakan propeller shaft transmisi dengan
differential.
Karena kondisi jalan yang berada, maka letak dari rear axle shaft terhadap
transmisi selalu berubah-ubah. Oleh karena itu, propeller shaft harus dibuat
sedemikian rupa. Sehingga dapat mengatasi segala perubahan tersebut. Seperti
perubahan panjang pendek maupun harus berputar secara lancar walaupun terjadi
sudut propeller shaft. Oleh karena itu, propeller shaft biasa terbuat dari
steel tube yang tahan terhadap puntiran. Untuk menghindarkan getaran (vibrasi)
yang berlebih-lebiha biasanya dipasang balance weight pada propeller shaft.
Pada umumnya, propeller shaft terdiri dari satu batang ( ball joint ). Untuk
propeller shaft yang panjang digunakan 2 batang dengan 3 joint, hal ini
dimaksudkan untuk mencegah timbulnya vibrasi yang besar, propeller shaft mudah
melentur dan jalannya kenaraan tidak nyaman. Sehingga pada umumnya, apabila
propeller shaft terlampau panjang, dibagi menjadi 2 atau 3 bagian dengan 3 atau
4 joint.
Propeller shaft dibuat sedmikian rupa agar dapat memindahkan tenaga dari
transmisi ke deferential dengan lembut tanpa dipengaruhi akibat adanya
perubahan-perubahan tadi. Utnuk tujuan ini, universal joint dipasang pada
setiap ujung propeller shaft, fungsinya untuk menyerap perubahan sudut dari
suspensi.
Selain itu, sleeve yoke bersatu untuk menyerap perubahan antara transmisi dan
differential.
a. Universial joint (Sambungan Universal)
Universal joint harus dapat mengatasi segala kondisi pada waktu propeller shaft
berputar dari kemungkinan patah dan sebagainya, hubungan dengan transmisi harus
tetap. Eh karena itu, universal joint harus mempunyai syarat-syarat sebagai
berikut.
1. Dapat menghindari kerusakan pada saat propeller shaft bergerak naik turun.
2. Tidak berisik dan harus dapat berputar dengan lembut.
3. Konstruksinya harus sederhana dan tidak mudah rusak.
Dilihat dari konstruksinya, maka universal joint dibagi menjadi beberapa jenis,
yaitu hook joint, slip joint, trunion joint, fleksible joint, dan uniform
velocity joint.
1. Hook joint
Konstruksi sederhana dari hook joint yang bekerja konstan. Hook joint tersebut
menggunakan 2 buah yoke, salah satu yoke digabungkan dengan propeller shaft,
sedangkan spider dan bearing. Untuk mencegah keausan, maka bagian spider yang
berhubunga dengan roller bearing dibuat lebih keras. Untuk mengurangi gesekan
yang terjadi bentuk bearing menggunakan model roller bearing yang ditutup
dengan cup. Supaya bearingnya tdak terlepas pada waktu propeller shaft berputar
dengan kecepatan tinggi, maka snap ring atau lock plate dipasangkan pada yoke.
2. Slip joint
Panjang propeller shaft dapat berubah-ubah disebabkan adanya perubahan posisi
antara transmisi dan poros-poros belakang. Bagian ujng proprller yang
dihubungkan dengan poros output transmisi terhadap alur-alur untuk pemasangan
slip joint, hal ini memungkinkan panjangnya propeller shaft sesuai dengan jarak
output shaft dengan defferential.
3. Trunion joint
Trunion joint adalah kombinasi antara hook joint dengan slip joint. Ddalam bodi
terdapat alur sebagai tempat masuknya propeller shaft dan ujung pin dipasangkan
ball. Model ini sekarang jarang digunakan karena dalam memindahkan daya /tenaga
masih kurang baik dibandingkan dengan model slip joint sendiri.
4. Flexible joint
Flexible joint terdiri dari coupling, rubber coupling, dan sleeve yoke yang
dihubungkan atau diikat oleh baut. Model ini mempunyai keuntungan tidak mudah
rusak, tidak berisik, dan tidak memerlukan minyak/grease. Tetapi apabila sudut
Anaya drive shaft dan driven shaft melebihi 7-10°, maka akan timbul juga
vibrasi. Untuk menghindari hal ini, maka dipasngka center ring ball pada ujungnya.
5. Uniform velocity joint
Joint ini dapat membuat kecepatan sudut yang lebih baik sehingga dapat
mengurangi vibrasi dan suara bising, akan tetapi hargana relative lebih mahal.
Tipe ini digunakan pada kendaraan yang menngunakan system pemindaha daya tipe
from engine front drive (FFI), missal pada TOYOTA COROLLA FF dan starlet.
Sumber.